Perkembangan Embrio Dalam Rahim Serta Fase-Fase Menstruasi
Perkembangan embrio dimulai dari proses fertiliasi yang terjadi di tuba Fallopi. Proses fertiliasi akan menghasilkan zigot. Zigot yang terbentuk akan mengalami pembelahan mitosis dua, empat, delapan, enam belas, hingga seterusnya.
Sel tersebut terus membelah membentuk morula, kemudian membesar membentuk sekumpulan sel berongga yang disebut blastosis. Blastosis akan menuju ke rahim ( uterus ) dan melekat pada dinding rahim ( endometrium ) dan menjelma embrio.
Sementara itu, lapisan dalam dinding rahim ( endometrium ) menebal untuk memberi makanan bagi embrio. Embrio akan menjelma janin di dalam rahim hingga dilahirkan. Embrio memperoleh makanan dari badan induknya melalui plasenta atau yang lebih dikenal sebagai ari-ari.
Selanjutnya makanan masuk ke embrio melalui tali pusar. Melalui tali pusar inilah sisa metabolisme serta zat yang tidak mempunyai kegunaan dialirkan kembali ke plasenta menuju badan induknya.
Selama perkembangan embrio, terbentuk membran embrio yang berfungsi untuk melindungi dan memberi makan embrio. Membran embrio terdiri atas empat bab yakni:
1. Kantong kuning telur, pada insan kurang berkembang
2. Amnion, kantong berisi cairan daerah embrio/janin mengapung. Fungsinya melindungi janin dari tekanan serta benturan dari luar
3. Alantois, menjelma tali pusar
4. Korion, terdiri dari mesoderma dan tropoblast yang masuk ke dinding uterus untuk membentuk plasenta.
Jika sesudah ovulasi sel telur tidak dibuahi oleh sel telur sel sperma, jaringan dinding rahim yang telah menebal dan mengandung pembuluh darah akan rusak dan luruh, proses ini disebut haid (menstruasi). Luruhnya dinding rahim tersbut ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Peristiwa tersebut terjadi pada perempuan setiap 28 hari sekali, dengan melalui 4 fase berikut:
1. Fase menstruasi
Fase ini terjadi kalau ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum pun menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar tersebut menyebabkan lepasnya ovum dari dinding rahim yang disertai robek dan luruhnya dinding rahim, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari.
2. Fase praovulasi
Fase ini disebut juga fase proliferasi. Hormon pembebas gonadotoprin yang dikeluarkan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH yang sanggup memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) dinding rahim.
3. Fase ovulasi
Peningkatan kadar estrogen menghambat pengeluaran FSH (Folikel Stimulating Hormone), kemudian hipofise mengeluarkan LH (Leuteinzing Hormone). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel atau ovulasi.
4. Fase pascaovulasi
Fase ini berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel matang yang sudah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon estrogen namun tidak sebanyak saat berbentuk folikel. Keadaan ini akan menyebabkan menstruasi begitu seterusnya.
Demikian klarifikasi mengenai PERKEMBANGAN EMBRIODAN FASE MENSTRUASI, supaya sanggup bermanfaat.