Interaksi Insan Dengan Budaya Karapan Sapi Di Madura
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk menambah wawasan kepada siswa ihwal budaya yang ada di negara Indonesia termasuk budaya karapan sapi yang berasal dari tempat madura.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah masyarakat Indonesia masih menyebarkan kebudayaan karapan sapi hingga ketika ini?
1.3 TUJUAN
Agar siswa mau menyebarkan budaya karapan sapi tersebut dan mengajarkan kepada orang banyak
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Data diperoleh dari proses studi pustaka dan pencarian internet
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan ini terdiri dari:
1. BAB I
2. BAB II
3. BAB III
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki bangun dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba laga cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan sanggup berlangsung sekitar sepuluh detik hingga satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada selesai September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
Karapan sapi dikritik banyak sekali pihak seperti Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah tempat di Madura karena tradisi kekerasan rekeng yang dilakukan pemilik sapi. MUI Pamekasan sudah memfatwakan haram mengenai tradisi rekeng karena dinilai menyakiti sapi, dan Gubernur Jawa Timur melalui Instruksi Gubernur sudah menyatakan pelarangan tradisi rekeng. Namun tradisi ini masih berlanjut di kalangan pelaku karapan sapi.
2.2 TOKOH DALAM PAGELARAN
2 ekor sapi
Satu orang pawang
Wasit
2.3 TATA CARA PAGELARAN
Pelaksanaan Karapan Sapi dibagi dalam empat babak, yaitu : babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi yang menang maupun yang kalah sanggup bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian sama halnya dengan sapi-sapi di kelompok kalah, dan pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah dihentikan bertanding kembali kecuali beberapa pasang sapi yang memempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
babak Ketiga atau semifinal, pada babak ini masing sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk memilih tiga pasang sapi pemenang dan tiga sapi dari kelompok kalah. Pada babak keempat atau babak final, diadakan untuk memilih juara I, II, dan III dari kelompok kalah.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Jadi saya menerima pelajaran gres dari teks ini, budaya Indonesia harus dibudayakan biar tidak punah alasannya yakni budaya gres dari negara lain
3.2 SARAN
Sebaiknya ketika melatih sapi tidak memakai tindak kekerasan biar sapi tidak merasa kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, internet dan karangan sendiri
Sumber https://www.isplbwiki.net