Pengertian, Penyebab, Tanda Tanda Dan Prosedur Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan ialah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir (Prawirohardjo, 2006). Persalinan yang berjalan dengan kekuatan sendiri impulsif belakang kepala aterm dan hidup yang dipengaruhi oleh power, passage, dan passanger (Saifudin, 2001).
Persalinan ialah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang sanggup hidup dari dalam rahim melalui vagina ke dunia luar, dengan hasil konsepsi aterm, berat tubuh > 2500 gram (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan normal berdasarkan WHO ialah persalinan yang dimulai secara sontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara impulsif dalam presentasi belakang kepala, usia kehamilan antara 37 hingga 42 ahad lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik.
Dari beberapa pengertian persalinan normal tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa persalinan normal ialah suatu rangkaian proses tragedi pengeluaran hasil konsepsi dengan usia kehamilan antara 37 hingga dengan 42 ahad atau cukup bulan dimulai dengan kekuatan sendiri, spontan, latar belakang kepala, aterm dan hidup yang dipengaruhi oleh power, passage, dan passanger serta berakhir dengan pengeluaran bayi, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik.
2. Fisiologi Persalinan
Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his, perubahan keseimbangan estrogen dan progesteronen menimbulkan oksitocin yang dikeluarkan oleh hypopise posterior sanggup menimbulkan kontraksi secara umum dikuasai ketika dimulainya persalinan, oleh lantaran itu makin renta usia kehamilan, frekuensi kontraksi makin sering, oksitocin diduga berhubungan dengan prostaglandin makin meningkat, di samping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim sanggup memperlihatkan dampak penting untuk dimulainya kontraksi rahim (Prawirohardjo, 2006)
3. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
Yang menimbulkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan benar yang ada hanya teori-teori yang kompleks antara lain :
a. Teori penurunan hormon
1-2 ahad sebelum persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menimbulkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
b. Teori placenta
Placenta yang menjadi renta akan menimbulkan turunnya estrogen dan progesteron sehingga timbul kekejangan pada pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori detensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menimbulkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-placenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terletak ganglion servikale (fleksus franken hauser) bila ganglion ini digeser dan ditekan contohnya kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Partus sanggup pula ditimbulkan oleh/dengan jalan:
1) Gagang laminaria,
2) Amniotomi,
3) Pitosin drip
f. Teori oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim, sehingga gampang terangsang dan diguna bahwa oksitosin sanggup meningkatakan prostaglandin sehingga terjadi kerjasama.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses persalinan
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan, berdasarkan Mukhtar (2006) ada 5 P, yaitu :
a. Passage (janin) Janin mempengaruhi proses persalian, dimana serpihan yang paling besar dan keras dari janin ialah kepala janin, posisi dan angkuh sanggup mempengaruhi jalan persalinan kepala ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga sanggup membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak tidak sanggup hidup sempurna, cacat dan balasannya meninggal, biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian- serpihan lain dengan gampang menyusul kemudian.
b. Passenger (jalan lahir) Jalan lahir memiliki dampak daqlam proses persalinan dimana jalan lahir dibagi atas :
1) Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul).
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen- ligamen.
c. Power (tenaga atau kekuatan). Tenaga yang mempengaruhi proses persalinan ialah tenaga ibu mengedan dan kekuatan yang mendorong janin keluar ialah his atau kontraksi uterus.
d. Psikologis wanita/ ibu Psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan dimana psikis sangat mempengaruhi keadaan emosional dalam proses melahirkan
e. Penolong, penolong mempengaruhi proses persalinan, dimana persalinan yang ditolong oleh dokter atau bidan akan berjalan lancar dan aman. (Mukhtar, 2006)
5. Tanda-tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan gotong royong seminggu sebelum memasuki bulannya “minggunya dan harinya” yang disebut kala pendahuluan (prematori stage of labor) memperlihatkan gejala sebagai berikut :
a. Lightening atau setting/dropping yaitu kepala turun memasuki Pintu Atau Panggul (PAP) terutama pada primigravida.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan susah atau sering kencing lantaran kandung kemih tertekan oleh serpihan terendah janin.
d. Rasa sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang kala disebut “False Labor Pains”.
e. Servik menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah dan sanggup campur darah (Bloody show).
6. Tahap- Tahap Persalinan
a. Kala I
Definisi : kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi osteum uteru externum. Kala I telah tepat apabila servik telah membuka cukup luas untuk sanggup dilewati kepala janin untuk dilahirkan. Kala I terhitung dari waktu mulai pembukaan serviks hingga pembukaan lengkap.
Kala I terdiri dari 2 fase :
1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat hingga pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
2) Fase aktif : berlangsung 6 jam dan dibagi 3 sub fase.
a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan 4 cm (mulai gerakan partosray).
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam 2 jam, pembukaan lengkap.
b. Kala II
Definisi : dimulai dari dilatasi penuh serviks dan tepat apabila bayi telah dikeluarkan dari uterus secara menyeluruh. Pada kala ini kontraksi uterus menjadi sangat khas dalam sifat ekspalsinya dan kontraksinya menjadi sangat berpengaruh (amplitudonya 60-80 mmhg). Kontraksi ini terus berlangsung ibarat pada kala transisi dengan selang waktu 2-3 menit dan lamanya kontraksi 1 menit. Sekarang fetus didorong keluar oleh segmen atas rahim yang menjalani retraksi yang sanggup dilihat secara bergairah melewati serviks yang terbuka dan jalan lahir. Fetus didorong oleh tekanan aksis fetus ke bawah dan ke belakang tegak lurus dengan pintu masuk Pelvis. Dengan kata lain kala II ialah kala pengeluaran janin.
c. Kala III
Definisi : pelepasan placenta secara normal. Placenta belum terlepas dengan adanya kontraksi-kontraksi uterus selama kala I dan awal kala II persalinan, lantaran sisi placenta harus diperkecil hingga separuh ukuran aslinya sebelum dimungkinkan terjadi pelepasan. Ketika tubuh bayi sanggup dilahirkan pada kala II maka panjang uterus berkurang sehingga kekebalan dinding otot uterus tersebut akan bertambah dan besarnya kapasitas uteri akan berkurang hingga ukuran semula, biasanya dimulai pada pusatnya (bagian tengah) dan meluas kesekelilingnya. Karena disusun oleh jaringan lentur maka placenta akan terlepas dari dinding uterus. Suatu kontraksi uterus yang benar-benar efektif tidak hanya menimbulkan pelepasan placenta tetapi juga mendorong placenta tersebut ke segmen bawah rahim dan segmen atas vagina hampir setelah bayi lahir. Pada simpulan persalinan kala III uterus memiliki ukuran kira-kira panjangnya 15 cm, lebar 10 cm, dan tebal 7,5 cm.
d. Kala IV
Dimulai dari setelah lahirnya placenta selama 2 jam.
7. Mekanisme Persalinan
Terdapat 8 gerakan posisi dasar yang dilakukan ketika janin berada pada presentasi verteks sevatik (Helen Varney, et all, 2002).
a. Penurunan
Setelah masuk pintu atas panggul maka kepala terkunci dipintu atas panggul.
b. Engagerment
Pada ketika ini his berpengaruh kepala masuk pintu atas panggul dengan posisi sutura sagitalis melintang atau miring.
c. Fleksi
Karena pintu bawah panggul sempit jadi kepala beradaptasi dengan cara fleksi yang mana ubun-ubun kecil berada dibagian bawah.
d. Rotasi internal
Terjadi rotasi internal yaitu ubun-ubun kecil berputar di bawah simpisis.
e. Defleksi
Kepala turun atas pemberian his dengan mengeluarkan serpihan terendah dari kepala yaitu ubun-ubun kecil. Posisi kepala menghadap ke luar dan lahirlah kepala.
f. Restitusi 45O
Kepala melaksanakan putaran praksi 45O dan kepala menghadap salah satu perut ibu.
g. Rotasi eksternal 90O
Terjadi rotasi eksternal yaitu kepala melaksanakan putaran menyesuaikan dengan letak punggung bayi sehingga posisi bayi menghadap salah satu paha ibu.
h. Eksfulsi
Lahirlah pundak depan, pundak belakang dan seluruh tubuh serta serpihan extermitas.
8. Penggunaan partograf dalam pemantauan persalinan
a. Pengertian
Partograf ialah alat untuk mencapai informasi yang didasarkan pada observasi/riwayat dan investigasi fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik, khususnya pada persalinan kala I. (Depkes RI, 2007)
b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menyelidiki pembukaan serviks berdasarkan investigasi dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal dan dengan demikian juga sanggup mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. Hal ini merupakan serpihan penting dari proses pengambilan keputusan klinik pada persalinan kala I.
3) Dokumentasi proses persalinan dan kelahiran dari kala I, II, III, IV dan bayi gres lahir.
Melaksanakan aspek pencatatan (dokumentasi) dari lima benang merah dalam asuhan persalinan normal.
c. Pengamatan yang dicatat di Partograf
Adapun pengamatan yang dicatat pada fartograf dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1) Kemajuan Persalinan
Pada serpihan ini yang diperhatikan ialah pada serpihan serviks, penurunan serpihan terdepan pada persalinan dalam hal ini kepala serta HIS.
2) Keadaan Janin
Bagian kedua merupakan hal yang diperhatikan pada janin ibarat Frekuensi denyut jantung. Warna, jumlah dan lamanya ketuban pecah serta moulage kepala janin.
3) Keadaan Ibu
Pada serpihan ketiga ini, yang diperhatikan ialah ibu dimana hal-hal yang dicatat ialah nadi, TD, suhu dan urine (volume kadar protein dan aseton), serta obat- obatan dan cairan IV yang diberikan.
4) Pemberian Oksitosin
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a) Denyut jantung janin, catat setiap jam
b) Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melaksanakan investigasi vagina. Dimana U (selaput utuh), J (selaput pecah, air ketuban jernih), M (Air ketuban bercampur mekonium), D (Air ketuban bernoda darah), dan K (Tidak ada cairan ketuban atau kering)
c) Perubahan bentuk kepala janin ( molding atau molase). Dalam hal ini diberikan kode angka yang terjadi pada sutura (pertemuan dua tulang tengkorak), yaitu : 0 (Sutura terpisah), 1 (Sutura yang tepat atau bersesuaian), 3 (Sutura tumpang tindih dan tidak sanggup diperbaiki)
d) Pembukaan verbal rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X)
e) Penurunan : Mengacu pada serpihan kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada investigasi abdomen atau luar) di atas simpisis pubis; catat dengan tanda lingkar (O) pada setiap investigasi dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (5) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
f) Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sehabis pasien diterima.
g) Jam : Catat jam sesungguhnya.
h) Kontraksi : Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam hitungan detik, contohnya kurang dari 20 detik, antara 20-40 detik, dan lebih dari 40 detik
i) Oksitosin : Jika menggunakan oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infuse dan dalam tetesan permenit.
j) Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan.
k) Tekanan darah : Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan anak panah.
l) Suhu tubuh : Catatlah setiap dua jam.
m) Protein, Aseton dan volume urine : Catatlah setiap kali ibu berkemih. (Asuhan Persalinan Normal, 2004)
Jika temuan – temuan melintas ke arah garis waspada, petugas kesehatan harus melaksanakan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari tumpuan yang tepat. (Asuhan Persalinan normal, 2004)
Dengan menggunakan partograf semua hasil observasi dicatat pada lembar partograf dari waktu ke waktu dengan demikian proses pengambilan keputusan klinik juga harus dilakukan setelah seluruh data dikumpulkan pada setiap waktu. Ini akan membantu bidan untuk memantau proses persalinan, mendeteksi obnormalitas dan melaksanakan intervensi yang diharapkan segera untuk menyelamatkan ibu dan janin. Keseluruhan proses pengambilan keputusan klinik ini (Pengumpulan data ® diagnosis ® penatalaksanaan ® evaluasi) harus dilaksanakan setiap waktu selama proses pemantauan dengan partograf. (Depkes RI, 2007)
9. Asuhan Persalinan Normal
1) Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, investigasi tanda-tanda :
a. Ibu memiliki impian untuk meneran
b. Ibu mencicipi tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan peralatan, materi dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi gres lahir. Untuk resusitasi → daerah datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain higienis dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan daerah resusitasi serta ganjal pundak bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Pakai celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air higienis yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5) Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk investigasi dalam.
6) Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus tercemar tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan bila tercemar (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
8) Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12) Meminta pemberian keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada ketika adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran ketika ibu memiliki dorongan yang berpengaruh untuk meneran.
14) Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, bila ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk higienis diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Meletakan kain yang higienis di lipat 1/3 serpihan di bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan ketika kepala lahir.
20) Memeriksa lilitan tali sentra dan mengambil tindakan yang sesuai bila terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali sentra melilit leher secara longgar, lepaskan lewat serpihan atas kepala bayi.
b. Jika tali sentra melilit leher secara kuat, klem tali sentra didua daerah dan potong diantara kedua klem tersebut.
21) menunggu hingga kepala bayi melaksanakan putaran peksi luar secara spontan. Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melaksanakan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran ketika kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga pundak anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan pundak posterior. Lahirnya tubuh dan tungkai
23) Setelah kedua pundak di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di serpihan bawah ke arah perineum, membiarkan pundak dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi ketika melewati perineum, gunakan tangan serpihan bawah ketika menyangga tubuh bayi ketika dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior ketika bayi keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga ketika punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali sentra terlalu pendek, meletakan bayi di daerah yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan serpihan tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk lembap dengan handuk/ kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin semoga uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (intra muskuler) 1/3 paha atas serpihan distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali sentra dengan klem kira-kira 3 cm dari sentra bayi. Melakukan urutan pada tali sentra mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali sentra yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali sentra diantara dua klem tersebut.
b. Ikat tali sentra dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakkan bayi semoga ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali sentra sekitar 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melaksanakan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali sentra dan klem dengan tangan yang lain.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali sentra ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali sentra dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi mekanisme diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melaksanakan stimulasi puting susu.
37) Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali sentra dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali sentra bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Beri takaran ulangan oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) bila kandung kemih penuh.
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Ulangi penegangna tali sentra 15 menit berikutnya.
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melaksanakan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan serpihan selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melaksanakan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melaksanakan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (Fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua sisi placenta baik serpihan ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau daerah khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43) Biarkan bayi tetap melaksanakan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melaksanakan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44) Setelah 1 jam, lakukan investigasi fisik bayi gres lahir, beri antibiotika salep mata
45) Setelah 1 jam pemberian vit. K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu semoga sewaktu-waktu sanggup disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan hingga bayi berhasil menyusu.
46) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua paska persalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47) Ajarkan ibu/keluarga cara melaksanakan masase uterus dan menilai kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
a) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
b) Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
51) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52) Buang materi – materi yang tercemar ke dalam daerah sampah yang sesuai.
53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk menggunakan pakaian yang higienis dan kering.
54) Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memperlihatkan ASI, menganjurkan keluarga untuk memperlihatkan ibu minuman dan masakan yang diinginkan.
55) Dekontaminasi daerah bersalin dengan klorin 0,5% .
56) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan serpihan sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)
=============================================================
loading...